Pembelajaran Tentang Mendorong Inklusi – Sektor budaya dan kreatif menyumbang 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) global pada tahun 2022, menurut laporan baru-baru ini oleh UNESCO. Sektor slot server filipina yang berkembang pesat ini menciptakan hampir 30 juta lapangan kerja di seluruh dunia dan menyumbang 6,2 persen dari seluruh lapangan pekerjaan.
Laporan Solutions for Youth Employment (S4YE), Orange Economy: As a Driver of Jobs for Youth, menyoroti temuan yang menarik: pangsa kaum muda dalam pekerjaan budaya di negara berpenghasilan rendah lebih tinggi daripada di negara maju. Misalnya, bagian orang yang bekerja dalam budaya antara usia 15 dan 24 adalah 33 persen di Pakistan, 27,1 persen di Ghana, dan 25,3 persen di Uganda. Selain itu, menurut data dari studi di 35 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang disurvei oleh UNESCO, lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang dipekerjakan dalam pekerjaan budaya di lebih dari separuh negara. Di Sri Lanka, 12 persen tenaga kerja perempuan terlibat dalam pekerjaan budaya dibandingkan dengan 3 persen pekerja laki-laki.
Menyadari kontribusi ekonomi dan sosial global yang signifikan dari sektor budaya dan kreatif—juga dikenal sebagai “ekonomi jeruk”—kami mengundang perwakilan dari tiga organisasi global yang mengerjakan proyek yang berfokus pada kaum muda untuk membagikan pembelajaran mereka tentang bagaimana berinvestasi di sektor kreatif telah menciptakan peluang kerja inklusif bagi kaum muda di negara berkembang, terutama bagi perempuan, penyandang disabilitas (PD), dan komunitas terpinggirkan lainnya.
Webinar, “Menempatkan Kreativitas untuk Bekerja!”, menyajikan contoh dan pelajaran dari proyek Equal Opportunities and Social Development (EOSD) yang dilaksanakan oleh GIZ atas nama Pemerintah Jerman di Mesir; Feria de Arte Mexicano Accessible (FAMA), sebuah pameran seni kontemporer independen di Meksiko utara; dan inisiatif Dream Catchers Academy, sebuah organisasi yang dipimpin pemuda di Nigeria. Berikut tiga kesimpulan utama dari webinar ini:
Kreativitas mendorong inklusi pada komunitas yang terpinggirkan
Sektor kreatif dan budaya dapat berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk advokasi, pemberdayaan, dan inklusi sosial, terutama bagi komunitas yang terpinggirkan dan rentan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seni berdampak positif pada harga diri remaja berisiko dan meningkatkan ketahanan mereka. Ini juga memungkinkan mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental dan sosial untuk membangun hubungan dan terlibat secara positif dengan orang lain di komunitas mereka. FAMA, misalnya, mengembangkan program fotografi kolaboratif bekerja sama dengan fotografer terkemuka di Meksiko dan organisasi nirlaba. Program ini melatih dan membimbing slot gacor kaum muda yang rentan, termasuk imigran, mereka yang berasal dari keluarga kasar, dan mereka yang berjuang melawan kecanduan narkoba dan alkohol, sehingga mereka dapat memamerkan karya mereka di pameran seni di akhir program. Program ini memungkinkan kaum muda membangun harga diri dan merasa berdaya, menghasilkan pendapatan tambahan, memperoleh keterampilan teknis yang memperkuat prospek kerja mereka, dan membangun jaringan profesional.
Seni memperkuat suara perempuan
Seni sudah lama dikenal mampu menyuarakan perempuan, terutama yang pernah mengalami trauma, dengan menjadikannya sarana berbagi cerita, menginspirasi dan memberdayakan sesama, serta berjuang. Di Nigeria, Dream Catchers Academy bekerja dengan gadis-gadis kurang mampu yang mengalami pelecehan, penelantaran, atau kesulitan ekonomi. Anak perempuan yang terdaftar dalam programnya menerima pendidikan berkualitas yang menekankan seni untuk mengembangkan keterampilan hidup yang berkelanjutan. Setelah lulus, gadis-gadis ini menjadi duta perubahan sosial, mengadvokasi hak-hak perempuan dan menyebarkan kesadaran tentang isu-isu seperti kemiskinan, pernikahan anak, dan mutilasi alat kelamin perempuan.
Sektor kreatif meningkatkan aksesibilitas terhadap teknologi dan inklusi
Pandemi COVID-19 telah mempercepat transformasi digital yang sudah cepat secara global, dan para pemangku kepentingan secara hati-hati memeriksa implikasi transformasi ini terhadap inklusi sosial. Di sektor kreatif, penggunaan alat dan teknologi digital memungkinkan masuknya komunitas yang sebagian besar terpinggirkan seperti penyandang disabilitas, yang, dengan fitur aksesibilitas yang ditingkatkan, dapat berpartisipasi aktif di sektor ini dan menikmati produknya. Hal ini, misalnya, tercermin dalam Program Bioskop Seluler EOSD, di mana generasi muda belajar cara membuat film pendek yang mudah diakses menggunakan ponsel mereka dengan memanfaatkan teknologi bantu seperti penyempurnaan audio dan teks tertulis. Para peserta juga dilatih untuk mengajari para penyandang disabilitas bagaimana menggunakan spaceman teknologi ini untuk membuat produk